Tag Archives: larangan

Pandai memilih kata

Usia-usia awal sekolah tentu buat kebanyakan anak-anak menjadi masa yang menyenangkan. Mereka mendapatkan banyak teman baru yang mungkin tidak didapatkan di lingkungan rumahnya. Tentu tidak semua anak mendapat kesan demikian di sekolah mereka. Tetapi setidaknya ada dunia baru yang mereka bisa selami dibanding hanya berkutat di lingkungan rumah saja.
Buat para orang tua yang mendapati anaknya termasuk kelompok yang girang dengan sekolah mereka tentu memiliki pengalaman unik saat sekali waktu anak dalam kondisi yang tidak tepat untuk masuk sekolah. Salah satu kondisi itu adalah ketika Alloh memberikan cobaan bagi mereka dengan sakit yang dideritanya. Melihat si kecil bersemangat dengan persiapan sekolahnya sementara batuk tak berhenti menerpa mestinya membuat orang tua berfikir untuk mendekati buah hatinya demi kebaikan bersama. Ya, batuk bisa jadi malapetaka ketika tidak diatasi dengan baik. Kondisi yang satu ini tidak saja membuat si penderita merasakan gangguan pada kesehariannya tetapi juga berpeluang untuk menjadi pembawa bakal bibit penyakit bagi teman seusianya.
Bukan hal yang bijak tentunya jika niat orang tua menyelamatkan si kecil dari bahaya disampaikan dengan cara yang terkesan otoriter. Kalimat seperti “ade hari ini gak usah sekolah yah kan lagi batuk, nanti bisa nularin temen-temen di sekolah lho” seharusnya tidak menjadi kalimat pilihan yang dilontarkan ke anak-anak. Lebih cermat memilih kata-kata bukan hanya membuat si anak jadi lebih mengerti akan makna sebuah keputusan tetapi jauh dari itu, si anak akan lebih memahami bahwa orang tua mereka bersikap demikian adalah atas dasar kasih sayangnya. Mungkin salah satu kalimat yang bisa dipilih adalah seperti ini “ade hari ini gimana rasanya? Kalau nanti belajar, ade seneng gak waktu menulis tiba-tiba berhenti karena batuk ade terus-terusan?”
Saya yakin ayah dan bunda di rumah punya segudang pilihan kata-kata yang terbaik untuk buah hatinya. Pastinya, lebih pandai memilih kata akan jadi kebaikan untuk semua. InsyaAlloh.

Morning Lesson @ Lion King movie

Pagi ini saya disuguhkan dengan tayangan lion king movie di salah satu tivi swasta. Filem ini sebetulnya bukan pertama kali saya tonton, entah sudah berapa kali saya bolak balik melihatnya, apalagi ketika itu memang saya pernah memiliki kepingan cd nya.
Pada salah satu adegan digambarkan bagaimana sang pangeran kecil mengajak teman mainnya ke area terasing. Area ini sebetulnya telah menjadi perhatian sang raja yang notabene ayahnya agar tidak dijadikan tempat bermain. Tapi itulah manusia. Dilahirkan dengan sifat dasar “ingin tahu” jadi seperti hukum fisika, semakin ditekan maka daya baliknya tentu semakin kuat.
Rasa ingin tahu lah yang membuat sepasang bocah ini berlari menuju tempat larangan itu. Terbelalak mata keduanya ketika melihat pemandangan yang dalam ukuran mereka tentu menakjubkan. Sampai terjadilah sedikit kekacauan dengan hadirnya sang hewan pengganggu. Untung saja sang pangeran tidak mengalami hal-hal yang mencelakakannya. Naluri sang ayah yang membawanya sigap berlari menuju tempat kekacauan yang terjadi.
Saya memetik pelajaran yang mungkin bisa dijadikan hikmah bagi para orang tua. Seiring dengan pengalaman asam garam yang dimiliki orang tua tentu mereka selalu menginginkan yang terbaik bagi buah hati mereka. Salah satu upayanya adalah mencegah mereka terjatuh pada kebinasaan.
Maka dalam otak para orang tua tentu kata “tidak” atau “jangan” menjadi salah satu modal agar anak mereka bisa menjaga diri saat sang orang tua tidak disisi. Hanya saja mengeluarkan kata-kata larangan ini di telinga anak tentu butuh strategi tersendiri. Langsung mengeluarkan kata “jangan” tanpa prolog tidak jarang malah membuat naluri curious sang anak jadi meletup. Alhasil pelanggaran lah yang akan terjadi.
Menggambarkan mereka pada hikmah mungkin itu salah satu solusi agar si anak jadi yakin bahwa larangan orang tua adalah demi kebaikan mereka. Menjelaskan resiko tanpa melebih-lebihkan dengan mitos juga tidak boleh dilupakan oleh para orang tua. Terkadang membumbui dengan mitos juga membuat otak si anak berfantasi dan seperti ada ajakan untuk mewujudkan fantasi itu. Sebagai contoh, melarang anak agar tidak bermain di area berbahaya yang jauh dari rumah tidaklah bijak kalo sambil dibumbui dengan mitos-mitos adanya makhluk halus disana. Tapi dengan menyampaikan resiko sepertinya bisa menggugah keyakinan mereka untuk lebih waspada terhadap lingkungan, misalnya kalau di daerah tersebut yang cenderung gelap dikhawatirkan ada benda-benda tajam yang bisa melukai, jika mereka butuh pertolongan tentu lebih sulit menolong karena letaknya yang jauh dari keramaian.
Jadi orang tua itu memang harus smart, dan saya yakin setiap orang tua bisa jadi pribadi yang smart sesuai keunikan buah hati mereka. Biiznillah